Inspired by film #5cm yg menceritakan tentang pendakian salah satu
gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru, saya jadi penasaran dan mupeng banget
untuk bisa mendaki suatu gunung. Setelah saya selesai nonton film itu, saya
menekadkan diri untuk mendaki Gunung Sibayak.
Gunung yg memiliki ketinggian 2,212 di atas
permukaan laut (dpl) disebut oleh orang
Batak Karo sebagai Gunung Raja ( Sibaya = raja). Letaknya berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Karo dan
Kabupaten Kabanjahe. Ada beberapa rute pendakian
untuk mecapai gunung ini, yaitu :
- Jalur Sibayak
1 , melalui Desa Raja Berneh/ Berna. Desa ini sekitar 15 km dari Berastagi.
Kalo kita dari arah Medan, maka lokasi ini kita jumpai terlebih dahulu. Bahkan
kebanyakan orang mengenalnya dengan jalur Sidebu debu , karena untuk menuju
lokasi ini kita akan melawati jalur pemandian air panas Lau Sidebu-debu.
- Jalur
Sibayak 2, melalui Desa Jaranguda. Desa ini sekitar 3 km dari kota Brastagi.
- Jalur 54,
melalui kawasan tongkoh (bakaran jagung) yg terletak di jalan raya Medan-Berastagi..
Jalur 54 bisa dibilang yg paling menantang dibanding 2 jalur di atas, karena
tanjakan2 nya yg cukup curam dan akan banyak ditemui tanaman rotan. Para
pecinta alam lebih suka menggunakan jalur ini.
Dari ketiga jalur tersebut, saya akan sedikit berbagi info mengenai
short trip yg saya lakukan ketika melakukan pendakian Gunung Sibayak ini.
Kebetulan banget, pas saya pengen nge daki, temen2 dari Backpacker Medan juga
ngadain short trip ke lokasi tsb. Alhasil, berangkatlah kami satu rombongan
rame2.
Perjalanan menuju kota Berastagi diawali dengan ngumpul bareng di Simpang Pos. Ngapain disana??
Tentunya, di lokasi ini lah kita bakal naik angkutan menuju Berastagi. Perjalanan
menggunakan Bis Sinabung Jaya yg super nyentrik. Busnya gak gede (ukuran mobil ELF), dan ada
seikitar 20 orang yg bisa diangkut di dalem, selebihnya bisa pada duduk di atap
bus. Kebetulan kami pergi malam hari (jam 9 malam), jadi saya lebih memilih
duduk di dalam dan melanjutkan tidur (maklum pendaki newbie, hemat tenaga)..
Hehehe :D
Perjalanan Medan Berastagi ditempuh sekitar 2 jam. Kocek yg dirogoh adl . 10 ribu untuk bayar bis nya. Kami pun
turun di Pom Bensin Berastagi (deket pasar ). Berhubung masih ada temen2 yg
belum makan malam , kami pun ngisi perut dulu di warung terdekat. Setelah puas
isi perut dan ngumpulin energy, pendakian pun dimulai. Kebetulan, jalur yg kami
pakai untuk pendakian adalah SIbayak 2, dimana kita akan berjalan menuju bukit
Gundaling dan Desa Jaranguda.
Bagi yg gak pengen repot atau kecapekan, ada beberapa angkot yg
menawarkan jasa untuk mengantar kita ke atas, jadi kita tinggal jalan sekitar 1
jam. Tentu saja, temen2 dr BPM ga mau
model beginian, karena itu namanya bukan mendaki, tapi rekreasi (hehehe,, ada2
aja idealisnya). Pendakian pun dimulai jam 12 malem, kita lewat jalur dari arah
pasar buah, menuju Hotel Sibayak Internasional, kemudian belok kanan memasuki
suatu desa dan teruuusssss aja mendaki.
Sepanjang jalanan di desa tsb. kita bakal temuin penginapan2 yg emang
disediakan untuk para pengunjung Berastagi atau pendaki2 yg mau naik Sibayak.
Kontur jalan cukup bersahabat, karena sepanjang perjalanan adl jalanan
aspal. Pantesan sopir angkot tadi
nawarin buat ngangkut kami. Hehee :D
Perjalanan malem itu cukup lancar, sekitar hampir 2 jam kita tiba juga di
gapura masuk Sibayak. Biasanya ney, di tempat ini kita akan ditarik uang
retribusi sekitar 5rb/orang. Berhubung malam itu sepi, jadinya kita dapet FREE.
Perjalanan pun berlanjut. Walopun jalanan aspal, tapi tanjakan nya lumayan
cakepp, ada beberapa yg terjal nya ga karuan.. baru 5 langkah udah ngos2an ,
jadi tetep yah yg sabar klo mw naek. Jangan nganggap walopun jalanannya aspal
bakalan gampang dilaluin. ;)
Oke next, ada sedikit cerita mistis sepanjang pendakian. Ciyuus??? Saya juga baru tau ada mitos mendaki Sibayak. Jadi nanti ada yg namanya lokasi
Simpang Tiga. Lokasi ini emang pertigaan, dimana arah ke kanan nanti kita bisa
ke Lau Sidebu2. Nah mitosnya ney, kalo kita sudah melalui Simpang Tiga ,
dianjurin supaya gak noleh ke belakang lagi. Karena kalo kita noleh lagi, kita
bakal diputer2in jalannya, jadi ga sampai2 ke atas. Entah ini beneran ato
engga, Cuma kata temen2 saya yg udah pada kesana, kejadian ini bener2 terjadi
loh.. Be aware :D
Oiya, setelah berjalan hamper sejam dari Simpang Tiga (sekitar jam 4
pagi), kita akan berada di pintu masuk ke hutan yg memasuki Sibayak. Perjalanan
kali ini bukan di jalan aspal lagi, melainkan blok2 beton yg berupa tangga2
tracking ke gunung. Tidak keseluruhan tangganya mulus, sudah ada beberapa yg
berlobang dan hancur (kayaknya factor cuaca juga), di sekitar hutan banyak
tanaman pandan hutan . Kita musti hati2, karna duri2nya cukup tajam. Perjalanan
menuju kawah SIbayak sekitar 1 jam. Rasanya lega banget bisa sampai di sekitar
kawah. Karena saya ingin melihat sunrise
secara langsung dari puncaknya, saya dan Bang Ben (my partner in crime),
nglanjutin jalan lagi sampe ke puncak. Kira2 sekitar jam 5.30, kami sudah di
puncak dan mulai ngeluarin kompor kecil dan masak air buat bikin teh.
Bener banget kata Bang Ben, semua perjalanan melelahkan ini bakal
terbayar waktu kita di puncak dan bisa ngelihat matahari keluar malu2 dari
balik awan sebelah timur.. Subhanallah… kereeeeennnnnn banget pengalaman ini.
Live liat matahari terbit dari puncak Sibayak. Oiya, pagi itu emang cuacanya lagi bersahabat,
jadi kita bisa lihat juga view Gunung Sinabung yg dikelilingi awan2nya. Selain itu, kalo kita ngelihat ke arah bawah,
bakal keliatan view dari Desa Raja Berneh/ Berna dan Lau Sidebu2. Pagi itu
memang masi sepi, dari arah Lau Sidebu-debu hanya terlihat kepulan asap2
belerang dari pemandian2 tsb.